Senin, 16 Februari 2015

Modifikasi motor road

Modifikasi Suzuki Satria F-150 Harlan Fadhilah, Rahasianya Ada di Head


Untuk bisa melesat cepat secara konstan, tidak harus dengan power mesin besar. Nih, buktinya! Besutan milik Harlan Fadhilah yang belum lama ini sukes menjuarai kelas psort 150 cc pada IRS seri 2 di sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Sebelumnya, tenaga dapur pacu Suzuki Satria F-150 Harlan ini ketika didyno di atas mesin Dynojet 250i buatan Amrik milik Bintang Racing Team (BRT), berhasil raih power 23,5 hp. Namun, pencapaian segitu justru kerap undang masalah di trek. Ketahanan dan kestabilan mesin suka tergangu.
Dari pengalaman itu, bengkel racing yang bermarkas di Cibinong, Jawa Barat ini coba ramu ulang dapur pacunya. Utak sana, atik sini. Power diturunkan sedikit jadi 22,75 hp, dengan torsi 12,95 Nm/12.000 rpm. “Power gede tidak menjamin bisa menang. Durability dan kestabilan performanya pegang peran penting,” tukas Tomy Huang, bos BRT.
Buktinya, ubahan mesin masih seperti sebelumnya. Rasio kompresi diset 11,8: 1 pakai piston jenong Wiseco untuk Kawasaki Ninja 250 yang diameternya sama kayak Satria F-150 (62 mm). Termasuk, porting saluran masuk dan buang yang diukur flowbanch.
Profil kem pun masih menerapkan durasi 281° di bagian ex (membuka di 61 sebelum TMB, dan menutup di 40 setelah TMA) dan 267° pada in (membuka di 31 sebelum TMA, dan menutup di 56 setelah TMB). Lift klep ex 8,18 mm dan in 8,38 mm. “Secara keseluruhan tidak ada ubahan signifikan di mesin. Hanya saja, ada bagian di head yang didesain spesial untuk menjaga durability. Sehingga, sanggup digeber di putaran tinggi dalam waktu lama,” bisik Tomy Huang. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : FDR 90/80-17
Ban belakang : FDR 90/80-17
Knalpot  : R9 Racing
Sok belakang: Kayaba
Kaliper rem: Nissin
 

Yamaha Jupiter-Z 2007 Ponorogo, Ramuan Beringas di Bawah dan Tengah



Hampir di semua gelaran balap, kini diwajibkan pakai bahan bakar Pertamax Plus. Itu sebabnya David Surya Pratama, juragan tim Aurora AMRF NHK CLD Primaax Creampie GDT (AANCPCG), enggan gonta-ganti settingan yang bikin dana membengkak. Mereka kini fokus seting mesin berdasarkan Pertamax Plus.
“Untungnya bahan bakar ini juga bisa diseting sesuai karakter pembalap. Kayak yang diterapkan mekanik kami, Erwin Yunanto pada pacuan Faisol Sidoel,” bilang David.
Faisol lebih doyan ubahan mesin yang maksimal di putaran bawah ke tengah. Sedang untuk atasnya hanya menysuaikan kebutuhan sirkuit yang non permanen. Untuk bisa dapat itu, modalnya Erwin terapkan rasio kompresi mesin 12,4 : 1. Rasio segitu tergolong rendah buat pacuan balap, tapi terbilang tinggi saat pakai Pertamax Plus.
Caranya, dengan menjejali blok silinder pakai piston Kawahara berprofil jenong yang dome-nya diset 1,5 mm. “Diameter piston 55,25 mm untuk kejar 130 cc. Posisi pemasangannya dibuat mendem sekitar 0,4 mm dari bibir liner,” bilang mekanik berambut cepak ini.
Mendem segitu setelah paking blok silinder pakai setebal 0,5 mm dari bahan aluminium. “Enaknya pakai paking aluminium, ketebalan paking nggak mudah menyusut ketika mesin panas,” ungkap tuner asal kota sate Ponorogo. Efeknya, kompresi selalu terjaga optimal. Sehingga performa mesin selalu stabil.
Selain kompresi, tentu korekan mesin juga pegang peran signifikan. Guna mengail asupan gas deras ke ruang bakar, serta memlancarkan pembuangan gas hasil pembakaran, klep diganti gede. “Pakai punya Honda Sonic. Diameter in 26 mm, sedang outnya 23 mm. Profil kem juga dirancang ulang dengan tinggi angkatan klep (lift) mencapai 9,3 mm,” bilang mekanik berbadan tegap ini.
Terakhir, mengimbangi karakter balap Faisol yang liar, magnet bawaan motor dibubut biar lebih enteng. “Bubutnya sampai dapat 700 gram. Itu sudah cukup kok untuk bikin putaran as kruk akan makin ringan,” tutup Erwin.
Ramuan itu mengena. Di kelas Bebek 4-Tak 115 cc Tune Up (MP3) kejurda Jatim, Jupiter tim AANCPCG ini mampu dominasi hampir di tiap seri. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban dpn.blkg : Primaax, 90/80-17
Sok belakang: YSS double click
CDI : Rextor Pro Drag
Knalpot : Creampie
Karburator: Mikuni TM
 
 

Modifikasi Honda Blade 110 2008 Aceh, Dari Bawah Sudah Ngisi Gimana Tengah Atasnya



Karakter balap Abdul Malik, “saat keluar tikungan, power mesin wajib ngisi,” curhat Purwanto, chief mekanik tim Capella Honda FIF NHK Racing Team. Menyiasati itu, mekanik asal Bagan Batu, Sumatera Utara ini meracik kem dengan durasi tinggi di Honda Blade pacuan Malik.
Saat turun di One Make Race HRC Blade Racing Championship di alun-Alun Kota Stabat (25/6) lalu, kem in dibikin 277° dan klep ex cukup 270. Rinciannya, valve isap membuka di 33° sebelum TMA dan menutup 64° sesudah TMB. Sedangkan klep buang open di 56° sebelum TMB dan menutup 34° setelah TMA. Angka segitu untuk membuka klep berdiameter 27,5 mm (in) dan 23 mm (ex). Lobe Separation Angle (LSA) diset 102°.
Lalu rasio kompresi dibuat enggak terlalu tinggi 12,7:1. Didapat dari pemakain piston berdiater 51,25 mm yang dikombinasi kruk as Honda Supra X 125 dengan stroke 57,9 mm (kapasitas silinder jadi 119,3 cc, dibulatkan 120 cc).
Bibir piston dibikin mendem 0,4 mm. Paking blok hanya pakai setebal 0,2 mm. Sehingga, total mendem jadi 0,6 mm. Sebenarnya pada pacuan balap, clearance segitu kadang riskan terhadap endurance mesin. Biasanya, mekanik bermain di angka 0,8mm-0,9 mm.
Tapi, Purwantro berani mengambil keputusan itu. Pasalnya, karakter sirkuit non permanen Alun-Alun Kota Stabat banyak dihiasi trek pendek. Sehingga, kitiran mesin enggak perlu terlalu teriak. Sehingga dirasa aman dibuat mendem 0,6 mm. Biar mesin adem, karburator TM 24 dijejali spuyer agak ‘basah’. “Pilot-jet 30 dan main-jet 165,” jelas ayah satu anak ini.
Agar makin sempurna melibas sirkuit pasar senggol, sok belakang dipilih merek Daytona. Tentu setingan dibikin keras supaya cepat balik kala melahap tikungan. Hasilnya, mesin Blade enggak jebol, malah pembalap bernomer start 45 ini berhasil merajai kelas HRC 1 (Bebek 4- tak Tune up Seeded) dengan naik podium pertama.
Padahal kalau dihitung volume silinder yang dihasilkan dari kombinasi piston berdiameter 51,25 mm plus stroke 57,9 mm, Blade ini hanya mencapai 119,3 cc. Congrat’z, bro! (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
CDI: BDT Superpro
Ban depan: FDR MP57 90/80-17
Ban belakang: FDR MP76 90/80-17
Koil: Standar
Cakram depan: Daytona
 

Modifikasi Yamaha Jupiter-Z 2009 Yogyakarta, Pacuan Hendriansyah Yang Bikin Pembalap Muda Ketar-Ketir



Kiprah Hendriansyah sebagai wildcard di ajang Indoprix Championship (IPC) 2014, bikin pembalap muda ketar-ketir. Benar saja, meski sudah tidak muda lagi, Hendri berhasil sabet double winner di seri kedua IPC yang digelar di sirkuit Skyland, Sekayu, Sumatera Selatan belum lama ini. Wah, tua-tua keladi nih, hehehe..
Racikan Yamaha Jupiter-Z tunggangan Hendri juga menarik diteliti. Pasalnya, motor yang sudah tidak diproduksi lagi ini bisa mengubur dominasi Jupiter Z1 yang belakangan berkuasa di ajang Indoprix.
“Daya tahan mesin dan seting suspensi yang pas jadi kuncinya. Paling utama peran suspensi, harus benar-benar diperhatikan agar cengkraman ban tetap terjaga hingga akhir putaran,” ucap Torana Tuladong, juru korek tim Evalube Go & Fun Nissin FDR KYT HRP Gandasari.
Pada seri dua lalu, peran suspensi sangat diperhatikan untuk menjaga kondisi ban yang sangat mudah terkikis. Di Jupiter Z, sok belakang diseting lebih empuk dibandingkan dengan setingan sok yang sama saat main di sirkuit Karting, Sentul (Jawa Barat) seri 1 silam. Tujuannya, agar kerja ban tidak terlalu keras meredam guncangan di trek bumpy.
Untuk mengangkat performa mesin, Torana andalkan piston forging buatan Kawahara berdiameter 55,25 mm. Dengan stroke standar Jupiter-Z yang 54 mm, kapasitas silinder meningkat jadi 129,1 cc.
Klep pakai milik Honda Sonic dengan kombinasi bagian isap 28 mm, dan klep buang 24 mm. Sitting klep pakai bahan beryllium copper atau BeCu, buat jaga kompresi yang dipatok 12,2 : 1 gak mudah bocor dan selalu konstan.
“Durasi noken as diset 282 di bagian isap, dan buangnya 280. Rinciannya, klep isap membuka 40 sebelum TMA dan menutup 62 setelah TMB. Klep buang membuka 62 sebelum TMB, dan menutup 38 setelah TMA. Lift keduanya 9,2 mm dengan overlap 3,6 mm,” tutup mekanik yang bermarkas di Yogyakarta ini. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban: FDR Sport FR 75
CDI: BRT I-Max Super Pro
Knalpot: R9
Koil: Yamaha YZ 125
Sok belakang : YSS
  

Modifikasi Honda Blade 2013 Medan, Terapkan Kompresi Ideal Untuk Bisa Kedepan



Dalam dua seri OMR Honda region Sumatera Utara di sirkuit Pacing, Medan dan Stabat, Honda Blade pacuan Adrian Aritonang dari Tim Honda Indako NHK FDR SSS selalu tampil juara di kelas MP4 (bebek 4-tak tune up 110 cc pemula). Ini tidak lepas dari ramuan sang mekanik, Sardin Gorad Pasaribu yang coba terapkan kompresi ideal buat minum Pertamax Plus. 
“Regulasi OMR Honda harus menggunakan bahan bakar oktan 95 atau Pertamax Plus. Makanya sejak akhir tahun lalu sudah mulai riset dan hasilnya cukup memuaskan,” kata mekanik yang hobi pakai topi rimba ini.
Agar motor bisa melesat cepat di trek lurus maupun saat keluar masuk tikungan, ia harus jeli tentukan perbandingan kompresi yang tepat. “Dari beberapa kali coba-coba, rasio 12,3 : 1 lah pas. Cuma turun sedikit dibandingkan waktu pakai bensol,” lanjutnya
Dengan perbandingan tersebut, sukses mengail tenaga gede sejak rpm bawah, tengah hingga atas. Tentunya didukung pula dengan ubahan pada komponen mesin lainnya. Oh iya, perbandingan segitu didapat Sardin setelah jejalkan piston jenong merek FIM berdiameter 51,25 mm. Diteruskan memapas cylinder head sebanyak 0,8 mm dan mendesain kubah berbentuk bath-up.
Kemudian guna memancing campuran gas yang banyak ke ruang bakar serta memperlancar pembuangan gas hasil pembakaran, profil kem dirancang ulang. Bagian in diset membuka di 34 sebelum TMA dan nutup di 58 setelah TMB (durasi 272°). Sedangkan ex-nya diatur membuka di 56 sebelum TMB dan nutup di 35 setelah TMA (271). 
Sebagai pintu keluar masuk campuran gas dan sisa gas buang, ditugaskan klep in 26 mm dan out 23 mm. Pengabutan bahan bakarnya dikomandoi Mikuni TM 24 mm, dengan kombinasi main jet 170 dan pilot jet 27,5. Plus nozel tipe P5. Knalpot pakai produk keluaran AHM.
Satu lagi yang jadi andalan besutan Adrian ini, yakni pada bagian kampas koplingnya. “Saya tetap andalkan rumah kopling tipe KWB yang masih model diafragma bukan per. Ini membuat putaran atas motor lebih ngisi,” tutupnya .
DATA MODIFIKASI
Sok belakang: Ohlins
Pelek depan: 1,40 x 17
Pelek belakang: 1,60 x 17
Ban: FDR MP76 90/80-17
Knalpot: AHM

New Honda Blade 2013 Bandung, Pecahkan Rekor Sentul Kecil Yang Pernah Dicetak Sigit PD Tahun Lalu



Rekor sebelumnya yang dicetak Sigit PD tahun lalu di sirkuit Karting, Sentul, Jawa Barat dengan catatan waktu 57,845 detik, di seri 1 Indoprix (27/4) kemarin pecah oleh I Gede Arya jadi 56,333 detik di atas New Honda Blade 110 cc andalan Honda Daya KYT Nissin Daytona IRC.
Tak heran bila pembalap yang akrab disapa Ucil ini mampu menunjukkan perlawanan sengit terhadap barisan Garputala yang mendominasi lini depan pakai Z1 sejak race 1. Malah di race ke-2 Ucil sempat memimpin jalannya lomba hingga 1 lap lagi menjelang finish.
Meski di pertengahan lomba Fitriansyah Kete sempat mengambil posisi terdepan, namun Ucil hanya butuh 1 lap untuk ambil alih pimpinan. Sayang, masuk lap terakhir Blade Ucil melintir di tikungan parabolik jelang R2. “Lari motor kayak mau out,” tukasnya. 
Banyak kalangan mengakui performa Blade Ucil ini memang dahsyat. Terbukti sanggup melawan Z1 yang ada campur tangan teknisi dari Yamaha Jepang. Sementara Blade Honda Daya ini murni korekan mekanik lokal, yakni digarap Suhartanto ‘Kupret’.
Power maksimum yang mampu dimuntahkan dapur pacunya kata Kupret tembus 19,5 hp di putaran 13 ribu rpm di atas mesin Dyno Star milik Daytona. “Tapi, torsinya cuma 12,6 Nm/9.500 rpm. Sengaja nggak gede-gede, biar tak terlalu liar buka-bukaannya,” imbuhnya.
Untuk mendapatkan performa segitu, item ubahannya antara lain piston pakai keluaran Daytona diameter 51,25 mm untuk kejar volume silinder 115 cc. Rasio kompresi mesin diset 12,2 : 1.
Trus, untuk memperderas aliran campuran gas ke ruang bakar, lubang inlet di bagian luar digedein jadi 25 mm. Lalu, yang arah ke sitting jadi 24 mm. Tapi, bagian tengahnya dibuat membesar.
Mengimbanginya, klep in digedein pakai produk EE diameter 27 mm. Sedang ex-nya pakai diameter 23 mm yang kemudian diikuti merancang exhaust port yang dibikin membesar di bagian ujung. Yakni 23,5 mm, agar aliran gas buang makin lancar. 
Nah, untuk menyemburkan kabut Pertamax ke ruang bakar, ditugaskan karbu Mikuni TM24 kombinasi spuyer 30/185 (pilot jet/main jet). Dilanjutkan membentuk ulang profil kem. “In-nya membuka di 34º sebelum TMA dan menutup di 58º setelah TMB (durasi 272º). Lift-nya mencapai 9,3 mm dengan LSA 103º,”  beber Kupret.
Sedang kem ex durasinya agak diperkecil jadi 269º. Membuka di 57º sebelum TMB dan menutup di 32º setelah TMA. Lift pun dibikin lebih rendah 0,2 mm. Karakter yang dihasilkan, membuat performa mesin di putaran bawah dan tengah jadi dahsyat. Makanya keluar masuk tikungan, Blade pacuan Ucil mempu melesat lebih cepat.
DATA MODIFIKASI
Gigi rasio: Gigi 1 - 4 = 13/31,17/30, 20/28, 23/25
Final gear : 14 – 40 (Sentul kecil)
Magnet : Standar bubut 650 gr
CDI : BRT I-Max 8 step
 

Honda BeAT 2011 Subang, Teknik Apik Biar Cepat Keluar Dari Tikungan Tajam



Sirkuit Stadion Maulana Yusuf, Serang, Banten, tergolong banyak tikungan tajam. Tuner wajib putar otak berkali-kali buat mengatasi tipikal trek seperti ini.
Menurut Mansuri, mekanik Empush Racing, kecepatan bukaan setelah melibas tikungan jadi kunci buat atasi trek seperti itu. Sebaiknya motor cepat teriak ke putaran atas, supaya setelah nikung bisa keluar lebih cepat lagi," terang Suri, panggilan mekanik asal Meruya, Jakarta  Barat ini.
Hal inilah yang diterapkan Suri ke pacuan Honda BeAT milik tim CLD Apry Megaprima FDR PSM Empush KYT asal Subang, Jawa Barat. Untuk itu rasio kompresi mesin harus ditinggikan. Agar cepat keluar dari tikungan. Untuk BeAT ini, Suri mematoknya di angka 12,8 : 1.
Terjun di kelas 130 cc, piston CLD dengan diameter 55 mm yang dikawinkan dengan stroke standar yang 55 mm. Volume silinder pun, kini jadi 130,6 cc.
Tak hanya dari bore up saja yang digadang-gadang bisa bikin mesin cepat teriak. Bibir piston dibikin mendem tipis dari bibir blok.
Setelah itu, head silinder dijejali dengan klep Sonic 28/24 mm yang dipasangkan dengan per klep keluaran CLD. Agar rpm tinggi setelah tikungan tercapai, pengaturan durasi buka-tutup klep dimainkan juga. Buat klep in dan ex, durasi bermain di 266 derajat. Lalu, bukaan angkatan klep alias lift klep ditetapkan di angka 9 mm. Ini berlaku untuk kedua klep. Tujuannya, agar asupan dan buang sisa pembakaran ikut imbangi kebutuhan mesin yang sudah bore up.
Ditambah lagi, asupan pengabutan bahan bakar dan udara juga sudah aplikasi karburator Keihin PWK 28 mm. Karbu ini, diyakini mampu menyemprotkan secara deras bahan bakar Pertamax Plus. Terutama di putaran bawah.
Agar sisa pembakaran terbuang lancar, knalpot comot milik CLD. Hasilnya, pacuan yang dibeger Dani Alamsyah ini berhasil mengumpulkan poin tertinggi di event seri perdana Pertamina Enduro Nissin BRT Matic Race (PENBMR) 2014 di Serang beberapa waktu lalu. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : FDR 90/80-14
Ban belakang : FDR 90/80-14
Knalpot  : CLD Racing
Kampas kopling: CLD Racing 
 

Yamaha Mio 2008 Bekasi, Main di Kompresi Rendah, Eh Malah Jadi Juara



Engine FFA di Matic Race tergolong ekstrim. “Agar bisa menyentuh garis finish wajib tahan selama balapan,” jelas Anton Solihin alias Anton Bule, manager tim KRS CV Giri Cilik.
Itulah kunci kemenangan Julio Usmanius di Pertamina Enduro Nissin BRT Matic Race (PENBMR) 2014 (2/2), kelas Matic FFA s/d 350 cc. Kala itu digelar di sirkuit dadakan area Parkir Stadion Maulana Yusuf, Serang.
Podium pertama ini karena endurance yang tinggi. Caranya menerapkan rasio kompresi rendah.
Pakai Pertamax Plus hanya dikasih kompresi 10,5 : 1. Padahal pakai Pertamax Plus, rasio kompresi harusnya bisa sampai 12,5 : 1. Tapi, supaya aman cukup 10,5 : 1.
Menurut Agus Bule, kompresi segitu didapat dari isi ruang bakar 23,5 cc. Kemudian volume silindernya 222,5 cc. Kalau dihitung pakai rumus rasio kompresi hasilnya 10,5 : 1.
“Sedangkan isi silinder 222,5 cc didapat dari piston diameter 70 mm merek Kawahara. Dikawal stroke standar 57,9 mm,” kata Ricat Hansen, chief mekanik tim yang punya bengkel Cong Speed 212 di Bekasi.
Dengan kompresi rendah, tidak membuat panas mesin membara. Tekanan di dalam silinder juga tidak terlalu tinggi. Sehingga tidak mudah overheat dan tidak mudah jebol.
Supaya aman lagi, bibir piston dibikin mendem 0,5 mm. Sudah termasuk aplikasi paking blok 1 mm namun belum dipasang paking head. Kalau ditambah paking head 0,3 mm jadinya 0,8 mm. Jadinya aman.
“Perbandingan kompresi engine dibikin rendah, tujuannya untuk menghindari over power. Kalau over power, bisa bikin komponen CVT mudah rusak,” Perbandingan kompresi rendah didapat, lewat seting
Masuknya bahan bakar, diatur klep in 35 mm dan ex 30 mm. Kedua klep ini, didorong noken as durasi in-ex 280 derajat. Klep isap membuka 35 sebelum TMA (Titik Mati Atas) menutup 65 setelah TMB (Titik Mati Bawah). Klep buang membuka 65 sebelum TMB dan menutup 35° setelah TMA. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Sok belakang: Daytona
Ban: FDR Sport XR 90/80-14
CDI: BRT Hyperband
Cakram: Kawahara
Knalpot: CLD
Karburator : Keihin PE 28
Pilot/main-jet: 48/ 145
Roller : 6 gram rata
Rasio : 14/40
 

Modifikasi Yamaha Jupiter MX 135LC 2006 Jakarta, Rongsokan Jadi Juara



Ikut Fun Race enggak butuhkan duit lebih. Namanya juga Fun Race yang penting fun alias senang. Modal motor dan engine, bisa pakai part yang ada. Mau kenceng? Bisa manfaatkan part copotan rongsokan dari tim balap beneran. Seperti yang dilakukan tim ABJ 13 RT. Tim ini, turun di event Fun Race yang diadakan di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat (26/1). Yamaha Jupiter MX 135LC yang jadi juara di kelas Bebek 4-tak ini, hanya pakai part rongsokan dari tim ternama.
“Hampir semua part yang nempel adalah rongsokan bekas pakai tim balap besar. Tentunya agar kencang, develop engine juga wajib dilakonin,” bilang Muhamad Iqbal Firdaus, yang jadi tunnernya. Mulai dari engine, sepaket blok silinder yang isinya piston diameter 62 mm itu, limbahan dari Gery Motor. Tapi, enggak bolt on, diseting dulu. Piston yang didorong stroke standar 57,8 mm dibikin mendem 0,2 mm.
Kejar kompresi padat, head silinder dipapas sekitar 3 mm dan blok silinder diganjar paking 0,5 mm. Hal ini, hasilkan rasio kompresi mesin 13,9 : 1.
Head ini diisi kem dengan durasi in 248 derajat dan ex 251 derajat. Durasi kem itu untuk atur buka-tutup klep berukuran in 21 mm dan ex 19 mm. Klepnya pakai punya Honda CBR 250R dengar lingkar batang 4,5 mm. Menurut Iqbal, pakai klep ini bikin flow bahan bakar dan gas buang jadi bagus dan endurance sudah teruji.
“Jupiter MX ini diseting agar power keluar galak mulai dari rpm bawah-tengah. Tapi, putaran atas flat,” jelas Iqbal. Bantu power di putaran atas, setingan karburator Keihin PE 28 mm dibikin basah. Makanya, dijejalkan pilot jet 55 dan main jet 128. Agar bahan bakar dibakar habis, pengapian dibikin advance pakai CDI BRT Dual Band. Lalu, final gear dipilih ukuran 15/35 mata. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban: FDR MP 76
Pelek belakang: TK 1.60 x 17
Pelek depan: Daichi 1.40 x 17
Cakram: Racing Boy
Sok belakang: KTC

 

Modifikasi : Honda Supra X125 2010 Cibinong, Lebih Presisi Karena Dibikin Dengan Sistem CNC



Pacuan berkelir putih yang dipacu Harlan Fadhillah di bawah payung tim Pertamina Enduro BRT Nissin Cargloss ini satu dari sekian Honda Supra X125 yang mampu mengimbangi lari New Blade pacuan Owie Nurhuda. Terlihat di seri final Honda Racing Championship (HRC) di Cimahi, Bandung minggu lalu.
Catatan waktu tercepat pada QTT kelas bebek tune up 125 cc seeded (HRC 1), berhasil dibukukan Harlan di atas motor bertenaga 21,5 dk (diukur di atas mesin Dynojet 250i) ini, yakni 1 menit 1,258 detik. Harlan juga sukses finish terdepan di race 2 setelah memanfaatkan jatuhnya Owie beberapa lap menjelang finish di race 2.
“Motor ini peninggalan Rey Ratukore. Tapi, setingan mesin sudah diubah. Makanya tenaganya bisa naik. Dulu cuma 19 dk lebih,” beber Islahudin, mekanik BRT yang turut menangani oprekan mesin Supra X125 Harlan.
Kunci naiknya performa terletak pada proses pengerjaan cylinder head dan pembentukan profil kem. “Sudah pakai mesin bubut CNC (Computer Numerik Control). Hasilnya lebih presisi. Sitting klep pakai bahan beryllium yang lebih kuat dan tahan temperatur tinggi,” tukas Tomy Huang, bos BRT.
“Untuk durasi kem in 273º dan out 280º dengan lift 9,1 mm dan LSA di 102º - 108º, tinggal masukin angka derajat kem. Diset buka dan tutup serta tinggi angkatan klepnya pada CNC-nya. Akan terbentuk profil kem presisi sesuai hitungan kita,” terang Islahudin.
Begitu pula ketika seting sudut kemiringan dudukan bos klep, papas head dan bagian-bagian yang butuh kepresisian, pengerjakan dilakukan CNC. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI

Ban : FDR SportMax MP 27, 90/80-17
Sok depan : Kayaba
Sok belakang : Daytona Supershock
Kaliper depan : Nissin 2 piston
Knalpot : R9 Titanium
Karburator : PWK 28 (PJ/MJ 62/112)\
 

Modifikasi : Honda Supra X 125 2013 Bandung, Semuanya Kencang!


Penulis : ADV
Foto : Dok M+

Setelah Andi Gilang berjaya di Honda Racing Championship (HRC) Purbalingga, Jawa Tengah (13/10), kini giliran rekan setimnya. Aditya Pangestu mendominasi kelas 125 cc Tune up pemula di HRC Di seri Tegal, Jawa Tengah (3/11).
Selain skill pembalap yang mumpuni, motor yang ditunggangi pembalap tim Honda Daya KYT Walini Federal Oil FDR ini juga menjadi salah satu kunci kemenangannya. "Paling utama setingan motor harus sesuai dengan karakter pembalap. Untuk tunggangan Aditya, karakter motornya dibuat lembut di putaran bawah, tetapi bengis di putaran menengah dan atas," ucap Arif Shetep, mekanik yang meracik motor ini.
Untuk mendongkrak tenaga besar yang dimiliki Supra X125, piston diubah menggunakan produk Izumi berdiameter 53,4 mm. Hal ini juga demi menyesuaikan regulasi yang membolehkan kapasitas silinder hingga 130 cc.
Sesuai dengan regulasi yang mewajibkan penggunaan bahan bakar beroktan 95, rasio kompresi mesin tidak dipatok tinggi. Shetep hanya memakai kompresi 12,8 : 1 di tunggangan pembalap asal Subang, Jawa Barat ini.
Mengatur keluar masuk bahan bakar di ruang silinder, klep diganti menggunakan klep Honda Sonic yang dimodif. Klep in pakai payung klep berdiameter 26 mm, sedangkan klep ex pakai payung 23 mm.
Menyesuaikan dengan ubahan pada payung klep, saluran hisap dan buang ikut dirombak. Lubang bibir klep isap diporting jadi 25,5 mm, sedangkan lubang klep ex dipatok 23 mm.
Durasi noken as disesuaikan. In dibuat berdurasi 274°. Membuka 34° sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 60° sebelum TMB (Titik Mati Bawah). Sedangkan klep buang berdurasi 273°. Hitungannya, membuka 60° sebelum TMB, dan menutup 33° setelah TMA.
"Durasi noken as ini yang membuat motor bertenaga halus di putaran bawah dan tetap isi di putaran menengah hingga atas," tegas Shetep. Kombinasi ini lah yang akhirnya membuat Aditya berdiri di podium tertinggi. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Pelek: Takasago Excel
Ban: FDR 90/80
Knalpot: Custom
Sok belakang: Showa
CDI: BRT
 
 

1 komentar:

  1. How to Make Money at a Casino - Work Tomake Money
    The best way งานออนไลน์ to make money at a casino is to make money online. and play online slots for kadangpintar real money and earn worrione real money.

    BalasHapus